Spiga

SHARING PERJALANAN KE MALAYSIA & SINGAPORE

Rekan-rekan, beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke negeri tetangga, yaitu ke Malaysia dan Singapore sejak tgl 12 – 20 Mei 2007.

Saat itu saya bersama partner saya, mas Hantiar, melalui perusahaan kami Globalindo Network (perusahaan di bidang EO) menyelenggarakan Workshop Perencanaan Daerah dengan mengambil studi studi kasus di Johor Bahru dan Kota Tinggi di Malaysia. Rombongan yang kami bawa terdiri dari para pengambil kebijakan di pemerintahan daerah, baik dari kalangan eksekutif maupun legislatif.

Cukup banyak hal yang kami dapatkan dari perjalanan tersebut. Perjalanan dimulai hari Sabtu tgl. 12 Mei, menginap di Batam. Karena memang pembukaan acara dilakukan pada tgl 14 malam di batam. Acara dibuka oleh Bapak Samsul Bahrum, Ph.D (Asisten Bidang Ekonomi & Pembangunan) mewakili Wakil Walikota Batam yang berhalangan hadir.

Beliau juga sharing tentang pengalaman bagaimana kota batam dalam membangun daerahnya, termasuk berbagai kendala yang dihadapi. Menurut beliau, kota Batam memiliki posisi geografis & geopolitik yang sangat strategis. Sangat dekat dengan Singapore dan Malaysia, khususnya Negeri Johor, dapat ditempuh dengan kapal feri sekitar 1 – 2 jam saja. Selain itu Batam juga ditetapkan sebagai salah satu daerah Special Economic Zone di Indonesia.















Bersama Bapak Samsul Bahrum & Para Peserta

Hari Selasa pagi tgl. 15 Mei kami berangkat ke Johor Bahru melalui pelabuhan Batam Center, dengan menggunakan kapal feri.

Sesampainya di pelabuhan Stulang Laut – Johor Bahru, ada hal yang cukup membuat kami surprise. Ternyata untuk urusan prosedur imigrasi di Malaysia, mereka telah mendapatkan pengakuan standar ISO 9002. Entahlah di Indonesia……



















Sertifikasi ISO untuk Prosedur Pengurusan Imigrasi Malaysia

Kami dijemput oleh bus pariwisata yang akan membawa kami menuju lokasi kegiatan di UTM (Universiti Teknologi Malaysia). O ya, di kawasan pelbuhan Stulang Laut, terdapat satu mall yang menjual berbagai barang yang free tax (bebas pajak). Hampir semuanya adalah barang impor. Kami pun sempat mampir dan belanja oleh-oleh di situ. Kebanyakan yang dibeli adalah coklat, maklum … pesanan dari keluarga.

Salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan adalah, jika kita bepergian ke luar negeri, yang namanya passport dan dokumen2 imigrasi harus kita jaga dengan baik, jangan sampai hilang. Kata sebagian orang, passport itu adalah ‘nyawa kita’. Kalau sampai hilang bisa berabe, bisa-bisa kita nggak boleh pulang ke Indonesia lagi.

Lingkungan dan suasana kampus UTM hamper mirip dengan Universitas Indonesia. Cukup teduh & penataannya apik. Yang menarik adlaah motto-nya, yaitu: “Kerana Tuhan untuk Manusia”. Sangat relijius ya…















Nampang di Gerbang UTM

Setelah makan siang, langsung dilanjutkan dengan pemberian materi workshop oleh PN HJH Zaleha Bt. Shaari (Director Southern Region, Federal Town & Country Planning Dept) tentang “Urban Planning System in Malaysia.” Sesi berikutnya oleh En Saidin bin Lateh (State of Johor Town and Country Planning Department) membawakan materi “Implementation of Urban Planning System in Johor.” Sesi ketiga diberikan oleh Prof Madya DR Ibrahim Ngah (Senior Lecturer Faculty of Town & Country Planning, UTM) tentang “Philosophy of Planning – The Importance of Planning.”

Hari Rabu tgl. 16 Mei, lokasi acara di kantor perusahaan Tebrau Teguh Berhad, sebuah perusahaan yang diberi amanah oleh pemerintah Negeri Johor untuk membuat rumah susun. Kami disambut oleh sang Project Manager Tebrau Teguh Berhad, En. Mohd. Fadzil Abu Bakar. Beliau menyampaikan materi “Implementation of Urban Renewal in Johor Bahru”, sekaligus dengan studi kasus proyek yang sedang ditanganinya.

Di sini kami belajar bagaimana pemerintah Negeri Johor berusaha untuk menangani permasalahan perumahan kumuh di pinggir sungai yang dihuni oleh orang-orang miskin, dengan melibatkan perusahaan swasta.

Yang menarik adalah, pemerintah berusaha mengatasi masalah perumahan kumuh tersebut tanpa harus memindahkan ke tempat lain. Tapi para orang miskin itu dibangunkan rumah susun di kawasan itu juga. Dan pemerintah mewajibkan perusahaan swasta tersebut (Tebrau Teguh Berhad) untuk memberikan subsidi yang cukup besar. Biaya membuat satu unitnya adalah RM 110.000 (Rp 275 juta), dan dijual hanya seharga RM 25.000 (Rp 62,5 juta). Artinya subsidi yang diberikan sebesar RM 85.000 (Rp 212,5 juta). Yang membuat kita kagum juga adalah pemerintah telah menetapkan standar minimum kelayakan rumah tersebut, yaitu harus memiliki 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi, luasnya per unit sekitar 65 m2. Wow hebat ya…… Bayangkan jika itu terjadi di Negara kita, yang saat ini juga sedang mencanangkan program 1.000 tower rumah susun di seluruh wilayah Indonesia. Saya yakin orang miskin akan sangat berbahagia.

Subsidi dilakukan dari profit yang didapat dengan mengembangkan kawasan perumahan, baik aparment maupun bungalow yang dijual kepada umum.
















Rumah Susun untuk orang miskin (kiri) dan Umum (kanan)


Sorenya kami menuju kantor Danga Bay, suatu program mega project dari pemerintah Johor. Danga Bay adalah project pengembangan kawasan pinggir pantai menjadi kawasan wisata, komersial, dan perumahan yang terintegrasi. Dari suatu tempat yang sebelumnya tidak produktif, saat ini menjadi kawasan yang luar biasa berkembang. Dan menurut informasi yang disampaikan oleh pengelolanya, saat ini investor sampai harus antri untuk dapat berinvestasi di Danga Bay. Mungkin ada dari rekan-rekan yang ingin berinvestasi di sana ?
















Numpang nampang di Kawasan Danga Bay


Hari Kamis tgl. 17 Mei, lokasi workshop dilanjutkan di Kota Tinggi, sekitar 1,5 jam dari Johor Bahru. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah INSTEDT (Institut Sains dan Teknologi Darul Takzim), sebuah institusi pendidikan yang terletak di Bandar Penawar, suatu kawasan daerah baru. Di sini kami disambut oleh owner dan Rektor INSTEDT yaitu Prof. Madya DR. Hj. Mat Jizat Abdol. Beliau menceritakan suka dukanya membangun institusi pendidikan INSTEDT yang menggabungkan antara idealisme dan misi bisnis.

Di tempat itu, kami juga disambut oleh petinggi Felda (semacam BUMN Malaysia yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet), yaitu bapak Salim bin Hj. Taib (Penolong Pengurus Besar Felda Wilayah Johor Bahru). Ternyata orangtua beliau berasal dari Magelang, sekampung dengan saya….

Felda didirikan oleh pemerintah Malaysia dengan tujuan untuk memberdayakan orang miskin. Sejak berdiri tahun 1956, Felda sudah berhasil mengentaskan ribuan orang miskin. Mereka diberi lahan seluar 4 ha untuk menanam kelapa sawt atau karet dan lebih kurang 500 m2 untuk rumah. Saat berkunjung, ke lapangan, kami menyaksikan sendiri betapa rumah-rumah milik para orang miskin tersebut sekarang ini sudah berubah menjadi rumah yang bisa dikatakan cukup mewah, bahkan ada yang menjadikan rumahnya sebagai homestay. Hampir setiap rumah sudah memiliki mobil dan parabola. Anak-anak mereka kebanyakan sekolah sampai ke tingkat sarjana dan bekerja sebagai professional di berbagai tempat.
















Salah satu homestay milik penduduk di kawasan Felda Semenchu


Dalam perjalanan balik ke Johor Bahru, kami mampir juga ke kawasan Fruit Farm, sempat beli beberapa buah dan hasil olahannya. Sembari menunggu makan malam di daerah Teluk Sengat, jalan-jalan sebentar di pinggir pantai menikmati sun set.















Berfoto dengan latar belakang sunset di Teluk Sengat


Pelajaran yang dapat saya ambil dari kunjungan lapangan ini adalah, jika pemerintah serius dan konsisten untuk mengentaskan kemiskinan, insya Allah pasti bisa. Survei membuktikan…….

Hari Jum’at tgl. 18 Mei adalah penutupan acara workshop yang disertai penyerahan sertifikat. Kemudian kami menuju Singapore yang hanya dipisahkan oleh jembatan sepanjang 900 meter.

Perjalanan menuju Singapore kami mendapat sedikit hambatan di kantor imigrasi. Kami sempat ‘ditahan’ sebentar. Entah apa sebabnya, kami pun tidak tahu, petugas imigrasi Singapore bilang hanya pengecekan. Apakah karena kami orang Indonesia, wallahu ‘alam bish showab.

Selepas itu kami mampir ke kawasan perbelanjaan Mustafa Center. Kata orang barang-barang di situ terkenal murah. Sempat juga saya melaksanakan sholat jum’at di masjid dekat Mustafa Center. Tapi karena khotbahnya pakai bahasa Arab, ya bisa-nya hanya manggut-manggut saja….















Bergaya di kawasan Mustafa Center - Singapore


Sorenya saya mengantar para peserta ke pelabuhan Singapore untuk balik ke Indonesia. Saya sendiri masih harus tinggal di Malaysia karena ada beberapa hal yang harus dikerjakan.

Esoknya hari Sabtu tgl. 19 Mei saya menuju Kuala Lumpur (KL). Mampir sebentar di Universiti Islam Antar Bangsa (International Islamic University). Kemudian menyempatkan diri ke Plaza Suria KLCC yang diapit oleh Twin Tower Petronas, sembari makan malam dan bertemu seorang kawan yang pengusaha Malaysia.















Berfoto di depan Kampus UIA








Di depan Plaza Suria KLCC - Twin Tower Petronas





Menginap semalam di KL, besoknya hari Ahad tgl. 20 balik lagi ke Johor Bahru, kemudian sorenya langsung menuju Batam. Hari Senin pagi tgl. 21 Mei pulang kembali ke Indonesia.

Cukup banyak AHA yang saya dapatkan selama perjalanan tersebut, baik dalam hal pengembangan diri maupun dalam peluang bisnis. Lain kali saya sharing lagi ya….

0 komentar: